Orang tua dan anak adalah
hal yang tidak dapat terpisahkan. Kita sebagai seorang anak haruslah menurut
kepada orang tua. Saat ditanya “mengapa kita harus menurut kepada orang tua?” sebagian
besar anak-anak menjawab alasan mereka melakukannya adalah agar tidak dimarahi
oleh orang tua. Mereka takut jika orang tuanya marah maka akan terjadi hal yang
menakutkan dan membuat mereka menangis. Itulah anggapan sebagian besar anak
terhadap orang tuanya.
Didikan keluarga adalah salah satu hal penting dalam
hidup. Karena, aspek ini merupakan salah satu pendukung pertumbuhan karakter
seseorang untuk menjalani hidup kedepannya. Jika didikan dari keluarga tersebut
baik, maka individu seorang anak kemungkinan besar pun akan baik. Tetapi jika
didikan didalam keluarganya kurang baik atau bahkan tidak baik maka sangat
besar pula kemungkinannya anak tersebut akan tumbuh menjadi individu yang
kurang baik.
Beberapa hari yang lalu, tanteku cerita tentang salah
satu anak tetangga. Anak laki-laki yang berusia sekitar 7 tahunan itu katanya
susah sekali menangkap pelajaran.
Walaupun sudah ikut les juga diberi pelajaran tambahan
sepulang sekolah, tapi tetap saja tak bisa memperbaiki nilainya. Itulah
sebabnya orang tuanya sering dipanggil kesekolah.
“Dasar anak bodoh!!”
“Otak kamu ditaruh dimana?!”
“Bego banget sih!! Masa begini aja nggak bisa?!”
“Goblok!!”
“Anak nakal!!”
“Si kampret!!”
Masih banyak lagi kalimat-kalimat yang sebenarnya
tidak pantas diucapkan oleh orang tua kepada anaknya. Aku akan segera menjauh
bila tetangga yang satu ini mulai teriak-teriak memarahi anak-anaknya, daripada
mendengarkan ucapan yang hanya menyakiti telingaku.
Sudah jadi rahasia umum di lingkungan kami, kalau mereka
adalah keluarga yang keras. Seringnya terjadi pertengkaran suami istri di rumah
itu, membuat anak mereka menjadi korban. Anak-anak yang tak mendapat perhatian,
akhirnya tumbuh tak seperti yang diharapkan.
Saat sang anak melakukan kesalahan, walaupun hal
sepele akan menyebabkan orang tuanya terutama ibunya mengeluarkan kata-kata
seperti kalimat-kalimat diatas.
Aku bilang ke tanteku, "Mungkin gak sih anak itu jadi
bodoh gara-gara sering dimarahi dan disumpahin sama orang tuanya? Bukannya
setiap omongan yang keluar dari mulut orang tua itu doa buat anaknya?”
"Ya, mungkin aja itu penyebabnya" sahut
tanteku.
Memang orang tua anak itu tak pernah menyakiti
fisiknya. Mereka tak menyadari, bahwa perkataan caci maki dan sumpah serapah
yang terucap jauh lebih menyakiti perasaan sang anak. Tanpa sadar ucapan-ucapan
tersebut menjadi doa yang membentuk karakter anak menjadi anak yang
"nakal", "bodoh" dll, seperti kata yang sudah terlanjur
terucap. Karena tak menyadarinya mereka menyalahkan sang anak atas kelakuan buruknya.
Aku bersyukur punya mama yang sangat sabar dan ayah
yang meskipun agak pemarah, tapi tak pernah mencaci maki. Dia hanya marah pada
perbuatanku yang dianggapnya salah.
Kesimpulannya adalah anak akan menampilkan diri sesuai
dengan julukan yang diberikan dari orang tua. Anak-anak itu sangat percaya pada
ucapan yang berkali-kali keluar dari mulut ayah dan ibu mereka.
Dengan kata lain, jika orang tua mengharapkan
anak-anak tumbuh sebagai pribadi yang baik, sehat, cerdas, berbudi luhur tentu
kata-kata, sikap, dan perilaku orang tua pun harus sesuai dengan harapan
tersebut.